Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan kasus pencabulan anak yang mirip dengan tragedi Yuyun di Bengkulu masih berhubungan dengan penutupan eks lokalisasi Gang Dolly. Sayangnya, Risma enggan menjelaskan secara detail hubungan pencabulan anak itu dengan kompleks pelacuran tersebut. "Peristiwa ini ada benang merahnya dengan Dolly,” katanya di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Kamis, 12 Mei 2016.
Risma lantas merinci kronologi pemerkosaan terhadap Nona (nama samaran), yang terjadi sejak ia berusia 4 tahun. Menurut Risma, korban melihat semua kejadian di Dolly sewaktu masih beroperasi. “Ini seperti fenomena gunung es,” ujarnya. Sebab itulah, Risma nekat menutup Dolly karena ingin menyelamatkan anak-anak yang kerap melihat kejadian di Dolly. Fenomena gunung es itu terbukti dan berdampak pada anak-anak, termasuk peristiwa pencabulan terhadap Nona kali ini.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini mengaku sering menyampaikan kepada para orang tua selalu mengawasi anak-anaknya dengan ketat. Alasannya, pencabulan itu tidak hanya terjadi pada anak-anak yang sudah dewasa, tapi juga anak-anak yang duduk di bangku SD dan SMP. “Makanya, pengawasan lebih ketat, walaupun masih SD atau SMP,” ujarnya.
Berdasarkan sumber Tempo dari pihak kepolisian, benang merah yang dimaksudkan Risma adalah orang tua korban dulunya adalah mantan pekerja seks eks lokalisasi Dolly. Faktor itu menjadi salah satu pendorong korban menjadi korban pencabulan dan ketagihan seks. Korban menjadi korban pencabulan sejak usia 4 tahun. Setiap kali akan dicabuli, korban selalu diberi pil Double L oleh pelaku, sehingga dia juga ketagihan pil koplo ini.
Kepala Polretabes Surabaya Komisaris Besar Iman Sumantri mengatakan pengungkapan kasus ini berawal dari laporan masyarakat. Delapan tersangka pun ditangkap. Mereka adalah MI, 9 tahun, SD kelas III; MY (12) kelas VI; BS (12) kelas V; JS (14) kelas VIII SMP; AD (14) kelas VIII SMP; serta LR (14), HM (14), AS (14) yang masih sama-sama duduk di bangku kelas IX SMP.
Menurut Iman, AS mencabuli korban sejak berusia 4 tahun. AS sering mencekoki korban dengan pil Dobel L sehingga lama-lama kecanduan seks. Saat korban dalam pengaruh obat, AS mengajak tujuh temannya mencabuli korban. “Korban dicabuli berkali-kali," ujarnya.
sumber : tempo.co
Risma lantas merinci kronologi pemerkosaan terhadap Nona (nama samaran), yang terjadi sejak ia berusia 4 tahun. Menurut Risma, korban melihat semua kejadian di Dolly sewaktu masih beroperasi. “Ini seperti fenomena gunung es,” ujarnya. Sebab itulah, Risma nekat menutup Dolly karena ingin menyelamatkan anak-anak yang kerap melihat kejadian di Dolly. Fenomena gunung es itu terbukti dan berdampak pada anak-anak, termasuk peristiwa pencabulan terhadap Nona kali ini.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini mengaku sering menyampaikan kepada para orang tua selalu mengawasi anak-anaknya dengan ketat. Alasannya, pencabulan itu tidak hanya terjadi pada anak-anak yang sudah dewasa, tapi juga anak-anak yang duduk di bangku SD dan SMP. “Makanya, pengawasan lebih ketat, walaupun masih SD atau SMP,” ujarnya.
Berdasarkan sumber Tempo dari pihak kepolisian, benang merah yang dimaksudkan Risma adalah orang tua korban dulunya adalah mantan pekerja seks eks lokalisasi Dolly. Faktor itu menjadi salah satu pendorong korban menjadi korban pencabulan dan ketagihan seks. Korban menjadi korban pencabulan sejak usia 4 tahun. Setiap kali akan dicabuli, korban selalu diberi pil Double L oleh pelaku, sehingga dia juga ketagihan pil koplo ini.
Kepala Polretabes Surabaya Komisaris Besar Iman Sumantri mengatakan pengungkapan kasus ini berawal dari laporan masyarakat. Delapan tersangka pun ditangkap. Mereka adalah MI, 9 tahun, SD kelas III; MY (12) kelas VI; BS (12) kelas V; JS (14) kelas VIII SMP; AD (14) kelas VIII SMP; serta LR (14), HM (14), AS (14) yang masih sama-sama duduk di bangku kelas IX SMP.
Menurut Iman, AS mencabuli korban sejak berusia 4 tahun. AS sering mencekoki korban dengan pil Dobel L sehingga lama-lama kecanduan seks. Saat korban dalam pengaruh obat, AS mengajak tujuh temannya mencabuli korban. “Korban dicabuli berkali-kali," ujarnya.
sumber : tempo.co