Presiden Joko Widodo adalah presiden pertama yang mengunjungi Belanda setelah kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid tahun 2000 atau 16 tahun lalu. Kunjungan resmi presiden ini fokus kepada kerja sama government to government (G to G).
Presiden Jokowi melakukan pembicaraan empat mata dengan Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte hari Jumat (22/4), kemudian dilanjutkan pertemuan bilateral antara delegasi Republik Indonesia dan delegasi Kerajaan Belanda. Pertemuan digelar di Catshuis sebagai kediaman resmi PM Belanda di Den Haag.
“Saya sangat bahagia karena dapat membalas kunjungan PM Rutte pada tahun 2013, saat saya masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Ini adalah kunjungan Seorang Presiden Indonesia dalam 16 tahun terakhir,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip dari siaran pers oleh tim komunikasi presiden, Ari Dwipayana.(Beritasatu.com)
Hal ini berbanding terbalik dengan SBY yang notabene seorang militer dengan pangkat jenderal, berbadan besar, tinggi. Woww......!! Justru bahkan membatalkan kunjungannya ke Belanda hanya gara - gara akan didemo dan diancam akan ditangkap aktivis di Belanda. Juga ada rumor akan diculik segala.
Pemberitaan penundaan kunjungan kenegaraan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda pun menghiasi media Negeri Kincir Angin saat itu, Selasa (5/10/2010). Radio Netherlands Worldwide mengangkat judul "Bezoek Yudhoyono aan Nederland plots geschrapt".
Diberitakan di media ini, alasan Presiden SBY menunda kunjungannya karena masalah keamanan berkaitan pengadilan HAM di Denhaag yang diajukan oleh Presiden RMS John Wattilete di pengasingan. John Wattilete meminta pengadilan HAM menangkap Presiden SBY atas tuduhan pelanggaran HAM di Maluku. (Republika.co.id)
Padahal, pada saat itu, seluruh wartawan yang akan mendampingi Presiden SBY ke Belanda, sudah stand by di dalam pesawat. Bahkan, pramugari Garuda sudah membagi-bagikan handuk kecil, jus kacang hijau, dan mi instan untuk wartawan. Sayangnya, perjalanan itu terpaksa ditunda hanya sekitar satu jam sebelum pesawat Garuda lepas landas dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, pada 5 Oktober 2010 lalu. Kabarnya, Presiden SBY merasa tidak nyaman menghadapi aksi demo kelompok RMS.
“Bagi saya kalau ada kepala negara yang berkeunjung ke negara lain ada unjuk rasa itu biasa. Tetapi, yang tidak bisa saya terima adlaah ketika Presiden Republik Indoensia berkunjung ke Den Haag atas undangan Ratu Belanda dan Perdana Menteri Belanda dan pada saat itulah digelar sebuah pengadilan yang antara lain untuk memutus tuntutan ditangkapnya presiden Republik Indoensia,” kata SBY dalam konfrensi persnya soal. Tuntutan untuk menangkap Presiden SBY itu dipercayai dimotori organisasi Republik Maluku Selatan (RMS), pada oktober 2010 silam.
Padahal derita SBY karena diancam tak sebesar ancaman yang diterima Soeharto saat 1970 silam. Bahkan kedubes Taswin Natadiningrat Duta Besar Indonesia untuk Belanda di Den Haag sudah diduduki sekumpulan pemuda Ambon.Suasana mencekam tapi Soeharto nekat ke Belanda! (eidarieski)
Yah, wajar! Soeharto seorang Jenderal sama halnya dengan SBY, hanya beda nyali. hehehe.. Tapi kalau Jokowi, siapa? Militer bukan. Cuma tukang kayu dari desa. Badannya kurus dan tampang Ndeso tapi justru santai. Jangankan takut, Jokowi justru menikmati kunjungannya di Belanda dengan selfi - selfi bahkan pendemo pun beliau hampiri.
Saat itu para eksil dan aktivis yang terlibat dalam Pengadilan Rakyat di Den Haag untuk Peristiwa 1965 (IPT 1965). Mereka mengadakan aksi bersama di depan Hotel Kurhaus, Scheveningen, Den Haag, tepat ketika Jokowi dan menteri-menterinya tengah menggelar rapat bisnis dengan pengusaha-pengusaha Belanda.
Ketika Jokowi berjalan melewati kerumunan orang, seorang aktivis bernama, Cisca nekad maju. Dan dia tak menyangka justru Jokowi malah menghampirinya.
“Saya terharu. Tidak menyangka dia mau berhenti. Saya serahkan suratnya. Dia beri tangan, saya seperti mendengar dia bilang, sudah tahu,” ujarnya. (rapplerindonesia)
Masyarakat Indonesia yang bermukim di Kerajaan Belanda malah merayakan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Den Haag dengan ber-selfie, bernyanyi, dan bergembira.
Kegembiraan itu makin meluap tatkala Presiden Jokowi merespons antusiasme masyarakat Indonesia itu dengan cara turun dari mobil dan menyambangi mereka dengan sambil bersalaman, berfoto, dan bertegur sapa. Pesona ini amat jarang terjadi, tatkala seorang Kepala Negara di republik berpenduduk 252 juta jiwa ini berkunjung ke suatu negara sahabat.
Tim Komunikasi Presiden (TKP) Ari Dwipayana, melalui keterangan tertulis yang diterimaInvestor Daily, pada Jumat (22/4) menyebutkan, masyarakat Indonesia sangat antusias menyambut kedatangan Presiden Jokowi, yang tiba di Belanda pada Kamis (21/4) tengah malam WIB.
Presiden Jokowi melakukan pembicaraan empat mata dengan Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte hari Jumat (22/4), kemudian dilanjutkan pertemuan bilateral antara delegasi Republik Indonesia dan delegasi Kerajaan Belanda. Pertemuan digelar di Catshuis sebagai kediaman resmi PM Belanda di Den Haag.
“Saya sangat bahagia karena dapat membalas kunjungan PM Rutte pada tahun 2013, saat saya masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Ini adalah kunjungan Seorang Presiden Indonesia dalam 16 tahun terakhir,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip dari siaran pers oleh tim komunikasi presiden, Ari Dwipayana.(Beritasatu.com)
Hal ini berbanding terbalik dengan SBY yang notabene seorang militer dengan pangkat jenderal, berbadan besar, tinggi. Woww......!! Justru bahkan membatalkan kunjungannya ke Belanda hanya gara - gara akan didemo dan diancam akan ditangkap aktivis di Belanda. Juga ada rumor akan diculik segala.
Pemberitaan penundaan kunjungan kenegaraan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda pun menghiasi media Negeri Kincir Angin saat itu, Selasa (5/10/2010). Radio Netherlands Worldwide mengangkat judul "Bezoek Yudhoyono aan Nederland plots geschrapt".
Diberitakan di media ini, alasan Presiden SBY menunda kunjungannya karena masalah keamanan berkaitan pengadilan HAM di Denhaag yang diajukan oleh Presiden RMS John Wattilete di pengasingan. John Wattilete meminta pengadilan HAM menangkap Presiden SBY atas tuduhan pelanggaran HAM di Maluku. (Republika.co.id)
Padahal, pada saat itu, seluruh wartawan yang akan mendampingi Presiden SBY ke Belanda, sudah stand by di dalam pesawat. Bahkan, pramugari Garuda sudah membagi-bagikan handuk kecil, jus kacang hijau, dan mi instan untuk wartawan. Sayangnya, perjalanan itu terpaksa ditunda hanya sekitar satu jam sebelum pesawat Garuda lepas landas dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, pada 5 Oktober 2010 lalu. Kabarnya, Presiden SBY merasa tidak nyaman menghadapi aksi demo kelompok RMS.
“Bagi saya kalau ada kepala negara yang berkeunjung ke negara lain ada unjuk rasa itu biasa. Tetapi, yang tidak bisa saya terima adlaah ketika Presiden Republik Indoensia berkunjung ke Den Haag atas undangan Ratu Belanda dan Perdana Menteri Belanda dan pada saat itulah digelar sebuah pengadilan yang antara lain untuk memutus tuntutan ditangkapnya presiden Republik Indoensia,” kata SBY dalam konfrensi persnya soal. Tuntutan untuk menangkap Presiden SBY itu dipercayai dimotori organisasi Republik Maluku Selatan (RMS), pada oktober 2010 silam.
Padahal derita SBY karena diancam tak sebesar ancaman yang diterima Soeharto saat 1970 silam. Bahkan kedubes Taswin Natadiningrat Duta Besar Indonesia untuk Belanda di Den Haag sudah diduduki sekumpulan pemuda Ambon.Suasana mencekam tapi Soeharto nekat ke Belanda! (eidarieski)
Yah, wajar! Soeharto seorang Jenderal sama halnya dengan SBY, hanya beda nyali. hehehe.. Tapi kalau Jokowi, siapa? Militer bukan. Cuma tukang kayu dari desa. Badannya kurus dan tampang Ndeso tapi justru santai. Jangankan takut, Jokowi justru menikmati kunjungannya di Belanda dengan selfi - selfi bahkan pendemo pun beliau hampiri.
Saat itu para eksil dan aktivis yang terlibat dalam Pengadilan Rakyat di Den Haag untuk Peristiwa 1965 (IPT 1965). Mereka mengadakan aksi bersama di depan Hotel Kurhaus, Scheveningen, Den Haag, tepat ketika Jokowi dan menteri-menterinya tengah menggelar rapat bisnis dengan pengusaha-pengusaha Belanda.
Ketika Jokowi berjalan melewati kerumunan orang, seorang aktivis bernama, Cisca nekad maju. Dan dia tak menyangka justru Jokowi malah menghampirinya.
“Saya terharu. Tidak menyangka dia mau berhenti. Saya serahkan suratnya. Dia beri tangan, saya seperti mendengar dia bilang, sudah tahu,” ujarnya. (rapplerindonesia)
Masyarakat Indonesia yang bermukim di Kerajaan Belanda malah merayakan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Den Haag dengan ber-selfie, bernyanyi, dan bergembira.
Kegembiraan itu makin meluap tatkala Presiden Jokowi merespons antusiasme masyarakat Indonesia itu dengan cara turun dari mobil dan menyambangi mereka dengan sambil bersalaman, berfoto, dan bertegur sapa. Pesona ini amat jarang terjadi, tatkala seorang Kepala Negara di republik berpenduduk 252 juta jiwa ini berkunjung ke suatu negara sahabat.
Tim Komunikasi Presiden (TKP) Ari Dwipayana, melalui keterangan tertulis yang diterimaInvestor Daily, pada Jumat (22/4) menyebutkan, masyarakat Indonesia sangat antusias menyambut kedatangan Presiden Jokowi, yang tiba di Belanda pada Kamis (21/4) tengah malam WIB.
Antusiasme itu beralasan sebab masyarakat Indonesia, baik yang masih mengantongi paspor RI maupun yang telah berkewarganegaraan Kerajaan Belanda, setia menunggu kedatangan Presiden Jokowi. Mereka berjejer di depan Grand Hotel Amrath Kurhaus, Den Haag, tempat Sang Pemimpin menginap.
Presiden Jokowi bukan tanpa alasan berada di Negeri Tulip itu. Dia berada di Belanda dengan membawa sejumlah agenda ekonomi. Ada menteri Kabinet Kerja yang menyertai Presiden Jokowi, di antaranya Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani.
Presiden Jokowi juga membawa delegasi bisnis, yang dipimpin Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani. Selain Rosan, dalam rombongan pengusaha terdapat Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan Permata Adoe, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan Carmelita Hartoto, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi Terbarukan Halim Kalla, dan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Telematika, Penyiaran, dan Ristek Ilham Habibie.
Apalagi Belanda, dalam agenda perjalanan Presiden Jokowi adalah negara terakhir dari empat negara yang dikunjungi di Benua Biru, Eropa, pada 18-22 April 2016. Sebelumnya, Presiden Jokowi melawat ke Jerman, Inggris, dan Belgia.
Presiden Jokowi rajin berkunjung ke luar negeri dan menyapa rakyatnya di negeri-negeri yang didatanginya.
Adalah beralasan apabila Presiden Jokowi begitu akrab menyapa masyarakat Indonesia di Belanda, yang sangat merindukan perjumpaan dengannya. Asa itu terpenuhi setelah 16 tahun berlalu.
Sebenarnya, kunjungan Kepala Negara Republik Indonesia ke Belanda punya cerita sendiri. Di dalam lembaran persahabatan RI-Belanda, kedatangan Presiden Jokowi adalah pemimpin pertama yang mengunjungi negeri itu, sejak 16 tahun terakhir.
Memang Berbeda dengan apa yang dilakukan SBY, pada Oktober 2010 lalu. Kunjungan Presiden Jokowi berjalan aman dan penuh persahabatan. Sama sekali, tidak ada insiden. Yang ada, justru kunjungan itu menjadi ajang lepas kangen antara pemimpin dan rakyatnya.
Ari mengungkapkan, tak henti-hentinya lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di sekitar hotel tempat Presiden Jokowi menginap.
“Mereka terdengar menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan membentangkan spanduk bertuliskan “Selamat Datang Bapak Presiden Jokowi,” tutur Ari. Lagu kebangsaanIndonesia Raya dinyanyikan berulang kali.
Saat Presiden Jokowi beserta rombongan tiba di hotel, masyarakat Indonesia pun secara spontan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Mereka senang menyambut kedatangan Presiden Jokowi, yang dinilai ramah dan bersahabat. Terlebih lagi, saat Presiden Jokowi keluar dari kendaraan, dan langsung berkumandang teriakan “Jokowi, Jokowi, Jokowi.”
Presiden Jokowi menjawab antusiasme itu dengan menghampiri kerumunan massa yang telah menantikan kedatangannya sejak siang.
Mereka pun berebut bersalaman dan berusaha mengambil gambar bersama Presiden Jokowi dari dekat.
“Presiden berjalan menyusuri kerumunan masyarakat sambil menyalami mereka satu per satu. Tidak sedikit yang meminta berfoto selfie dengan Presiden,” katanya.
Usai bersalaman dengan Presiden, mereka pun mengecek hasil fotonya bersama Presiden Jokowi. “Mereka tertawa bahagia saat melihat hasil foto selfie dan kembali mengeluk-elukkan nama Presiden Jokowi saat melangkah memasuki hotel,” kata Ari.
sumber : beritasatu.com