Sersan Dua Septian Wahyu Sarjono, siswa Sekolah Kejuruan Dasar Listrik dan Elektronika (Sejursarlislek), Pangkalan Udara Sulaiman, Bandung, Jawa Barat, meninggal. Septian diduga dianiaya pengasuhnya pada Rabu 1 Juni.
Informasi yang didapat Metrotvnews.com, penganiayaan bermula dari laporan taruni (siswa perempuan) yang merasa dilecehkan siswa Sejursarlislek saat akan melaksanakan salat. Taruni tersebut lalu mengadukan pelecehan itu ke pengasuhnya.
Malam hari, sekitar pukul 22.15 WIB, pengasuh mengumpulkan semua siswa Sejursarlislek di lorong barak (Barak Puma). Pengasuh mencari siswa yang melecehkan taruni, namun tak ada yang mengaku. Setelah ditegaskan ulang, para siswa tetap bungkam.
Para siswa membuat barisan. Serda Septian berada di urutan kedua. Pengasuh memukul siswa sebanyak tiga kali di sekitar perut. Sebelum memukul, pengasuh itu mengatakan kalau ada yang sakit posisi tangan boleh berada tepat di ulu hati.
Tiba giliran Serda Septian. Baru satu kali pukulan di sekitar perut, dia langsung terjatuh. Pengasuh yang memukul lalu meminta siswa lain mengambil minyak angin. Ditunggu sekitar 20 menit, Septian tak juga sadar. Dipanggillah dokter dari Akademi Angkatan Udara untuk memeriksa. Saat diperiksa denyut nadi Septian berdetak lemah.
Sekitar pukul 24.00 WIB, Septian dilarikan ke Rumah Sakit Sulaiman menggunakan ambulans AAU dan selanjutnya ditangani RS Sulaiman.
Sepanjang perjalanan, Septian terus dibantu alat pernafasan. Tiba di RS Sulaiman, Septian langsung dimasukkan ke ruang IGD dan langsung diperiksa melalui EKG, citiscan, dan radiologi. Sempat ada reaksi mengerang, namun akhirnya Septian meninggal dunia.
Dikonfirmasi mengenai kejadian itu, Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Wieko Syofyan membenarkan. "Memang ada kejadian seperti itu, tapi persisnya saya masih mencari informasi," kata Wieko saat dihubungi Metrotvnews.com, Sabtu (6/4/2016).
Dia mengatakan kasus itu saat ini sudah ditangani Pusat Polisi Militer Angkatan Udara. "Kalau memang benar kejadiannya seperti itu, Puspom akan menindak pelaku sesuai hukum yang berlaku," ujarnya.
sumber : metrotvnes.com
Informasi yang didapat Metrotvnews.com, penganiayaan bermula dari laporan taruni (siswa perempuan) yang merasa dilecehkan siswa Sejursarlislek saat akan melaksanakan salat. Taruni tersebut lalu mengadukan pelecehan itu ke pengasuhnya.
Malam hari, sekitar pukul 22.15 WIB, pengasuh mengumpulkan semua siswa Sejursarlislek di lorong barak (Barak Puma). Pengasuh mencari siswa yang melecehkan taruni, namun tak ada yang mengaku. Setelah ditegaskan ulang, para siswa tetap bungkam.
Para siswa membuat barisan. Serda Septian berada di urutan kedua. Pengasuh memukul siswa sebanyak tiga kali di sekitar perut. Sebelum memukul, pengasuh itu mengatakan kalau ada yang sakit posisi tangan boleh berada tepat di ulu hati.
Tiba giliran Serda Septian. Baru satu kali pukulan di sekitar perut, dia langsung terjatuh. Pengasuh yang memukul lalu meminta siswa lain mengambil minyak angin. Ditunggu sekitar 20 menit, Septian tak juga sadar. Dipanggillah dokter dari Akademi Angkatan Udara untuk memeriksa. Saat diperiksa denyut nadi Septian berdetak lemah.
Sekitar pukul 24.00 WIB, Septian dilarikan ke Rumah Sakit Sulaiman menggunakan ambulans AAU dan selanjutnya ditangani RS Sulaiman.
Sepanjang perjalanan, Septian terus dibantu alat pernafasan. Tiba di RS Sulaiman, Septian langsung dimasukkan ke ruang IGD dan langsung diperiksa melalui EKG, citiscan, dan radiologi. Sempat ada reaksi mengerang, namun akhirnya Septian meninggal dunia.
Dikonfirmasi mengenai kejadian itu, Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Wieko Syofyan membenarkan. "Memang ada kejadian seperti itu, tapi persisnya saya masih mencari informasi," kata Wieko saat dihubungi Metrotvnews.com, Sabtu (6/4/2016).
Dia mengatakan kasus itu saat ini sudah ditangani Pusat Polisi Militer Angkatan Udara. "Kalau memang benar kejadiannya seperti itu, Puspom akan menindak pelaku sesuai hukum yang berlaku," ujarnya.
sumber : metrotvnes.com