Film Disney terbaru The Jungle Book diputar diberbagai penjuru dunia mulai pertengahan April lalu. Film live-action yang mengandalkan teknologi CGI atau computer generated imagery ini dinilai banyak kritikus film jauh lebih dramatis dibanding film versi kartunnya.
Bagaimana tidak, film yang mengisahkan petualangan seorang bocah yang hidup di tengah hutan bersama binatang-binatang liar ini seperti menghadirkan gambar-gambar bergerak yang seolah nyata Namun, mereka umumnya sepakat, The Jungle Book adalah film keluarga yang bisa dengan bebas ditonton anak-anak.
Benarkah? India tidak sependapat.
Negara yang terkenal dengan industri film Bollywood-nya itu mengatakan, The Jungle Book terlalu menyeramkan. Badan Sensor Film negara itu mengatagorikan film itu dalam kelompok U/A yang artinya hanya bisa ditonton anak-anak bila didampingi orang dewasa. Katagori U/A mirip dengan PG (parental guide) dalam versi Amerika. Bedanya, sementara U/A mewajibkan kehadiran pendamping dewasa di bioskop, PG hanya bersifat saran, yang artinya bisa ditonton sendirian oleh anak-anak.
Keputusan India ini kabarnya ada kaitan dengan versi tiga dimensi film ini. Sebagaimana diketahui The Jungle Book dibuat dalam dua versi, yakni 3-D dan non 3-D. Menurut Pahlaj Nihalani, ketua badan sensor film India, setelah menyaksikan versi tiga dimensinya, adegan-adegan yang menunjukkan seolah-olah binatang-binatang liar itu melompat ke arah penonton sangat mengejutkan, dan ini bisa sangat mempengaruhi anak-anak.
Keputusan India ini mengundang banyak kecaman. Umumnya, ini karena bukan pertama kalinya terjadi. Tahun lalu, film James Bond terbaru, Spectre, terpaksa diedit karena adegan ciuman dalam film itu dinilai terlalu intim. Demikian pula dengan film Deadpool, padahal film itu memang dikhususkan untuk orang dewasa.
Yang juga membuat frustrasi para pengamat film itu adalah juga fakta bahwa kisah fiksi The Jungle Book ditulis Rudyard Kipling yang dilahirkan di Mumbai India. India sering menjadi sumber inspirasi karya-karya Kipling, termasuk The Jungle Book. Singkat kata, The Jungle Book merupakan warisan nasional India, namun sayangnya sejumlah anak tak diperkenakan menontonnya.
The Jungle Book mengisahkan petualangan Mowgli yang terpaksa meninggalkan satu-satunya rumah yang ia tahu ketika Shere Khan si Macan mengamuk dan mengaum. Dipandu macan hitam yang bijak dan beruang penggembira, Mowgli pergi bertualang mencari desa di mana mahluk seperti dirinya bersosialisasi. Dalam pengembaraannya, ia bertemu binatang-binatang liar, termasuk ular python yang licin dan gesit serta kera yang pandai bicara.
Disney pernah membuat versi animasi The Jungle Book pada 1967. Film itu menembus box office, dan hasil pemutarannya di berbagai penjuru dunia memberi Disney pendapatan kotor lebih dari 205 juta dolar, sebuah angka yang luar biasa besar ketika itu untuk sebuah film animasi, dan bahkan untuk film-film lainnya yang dibuat pada masa itu.
sumber : voaindonesia.com
Bagaimana tidak, film yang mengisahkan petualangan seorang bocah yang hidup di tengah hutan bersama binatang-binatang liar ini seperti menghadirkan gambar-gambar bergerak yang seolah nyata Namun, mereka umumnya sepakat, The Jungle Book adalah film keluarga yang bisa dengan bebas ditonton anak-anak.
Benarkah? India tidak sependapat.
Negara yang terkenal dengan industri film Bollywood-nya itu mengatakan, The Jungle Book terlalu menyeramkan. Badan Sensor Film negara itu mengatagorikan film itu dalam kelompok U/A yang artinya hanya bisa ditonton anak-anak bila didampingi orang dewasa. Katagori U/A mirip dengan PG (parental guide) dalam versi Amerika. Bedanya, sementara U/A mewajibkan kehadiran pendamping dewasa di bioskop, PG hanya bersifat saran, yang artinya bisa ditonton sendirian oleh anak-anak.
Keputusan India ini kabarnya ada kaitan dengan versi tiga dimensi film ini. Sebagaimana diketahui The Jungle Book dibuat dalam dua versi, yakni 3-D dan non 3-D. Menurut Pahlaj Nihalani, ketua badan sensor film India, setelah menyaksikan versi tiga dimensinya, adegan-adegan yang menunjukkan seolah-olah binatang-binatang liar itu melompat ke arah penonton sangat mengejutkan, dan ini bisa sangat mempengaruhi anak-anak.
Keputusan India ini mengundang banyak kecaman. Umumnya, ini karena bukan pertama kalinya terjadi. Tahun lalu, film James Bond terbaru, Spectre, terpaksa diedit karena adegan ciuman dalam film itu dinilai terlalu intim. Demikian pula dengan film Deadpool, padahal film itu memang dikhususkan untuk orang dewasa.
Yang juga membuat frustrasi para pengamat film itu adalah juga fakta bahwa kisah fiksi The Jungle Book ditulis Rudyard Kipling yang dilahirkan di Mumbai India. India sering menjadi sumber inspirasi karya-karya Kipling, termasuk The Jungle Book. Singkat kata, The Jungle Book merupakan warisan nasional India, namun sayangnya sejumlah anak tak diperkenakan menontonnya.
The Jungle Book mengisahkan petualangan Mowgli yang terpaksa meninggalkan satu-satunya rumah yang ia tahu ketika Shere Khan si Macan mengamuk dan mengaum. Dipandu macan hitam yang bijak dan beruang penggembira, Mowgli pergi bertualang mencari desa di mana mahluk seperti dirinya bersosialisasi. Dalam pengembaraannya, ia bertemu binatang-binatang liar, termasuk ular python yang licin dan gesit serta kera yang pandai bicara.
Disney pernah membuat versi animasi The Jungle Book pada 1967. Film itu menembus box office, dan hasil pemutarannya di berbagai penjuru dunia memberi Disney pendapatan kotor lebih dari 205 juta dolar, sebuah angka yang luar biasa besar ketika itu untuk sebuah film animasi, dan bahkan untuk film-film lainnya yang dibuat pada masa itu.
sumber : voaindonesia.com