Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menurun berdasarkan hasil survei yang digelar Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI).
Menurut Direktur Eksekutif pada Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Strategis LSPI Ahmad Nasuhi, Ahok dan timnya sejauh ini tidak mampu meyakinkan publik terkait sejumlah isu yang merugikan nama baik Ahok.
“Soal reklamasi, isu barter kebijakan itu luar biasa. Belum lagi PTUN yang mengabulkan gugatan nelayan,” ujar Nasuhi berdasarkan siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (4/6/2016).
Kendati menurun, elektabilitas Ahok berdasarkan hasil survei tersebut masih berada paling atas dibandingkan dengan bakal calon gubernur lainnya.
Saat responden ditanya mengenai siapa yang akan dipilih apabila Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, Ahok masih memimpin. Ia memperoleh 23 persen suara responden.
Menyusul kemudian, Yusril Ihza Mahendra dengan 19 persen suara responden, Tri Rismaharani 6,9 persen, dan Sandiaga Uno 6,3 persen. Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat hanya memeroleh 3,7 persen.
Dalam simulasi empat nama calon gubernur, elektabilitas Ahok masih memimpin dengan 36,4 persen, disusul Yusril 29,8 persen, Rismaharani 9,5 persen, Sandiaga Uno 2,5 persen.
Sementara itu, sisanya, 21,8 persen, mengaku belum memutuskan untuk memilih. Nasuhi juga menilai, hasil survei ini patut dicermati oleh Ahok yang berniat mengikuti Pilkada DKI 2017 sebagai calon petahana.
Sebab, menurut dia, dengan angka elektabilitas yang beda sekitar enam persen dengan Yusril, tidak menutup kemungkinan Ahok akan disalip.
“Kalau benar begitu, Yusril sangat bisa kalahkan Ahok,” kata Nasuhi.
Survey LSPI dilakukan pada 22-27 Mei 2016 dengan metode multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 440 responden, dengan margin of error sebesar 4,8 persen pada tingat kepercayaan 95 persen.
Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung. Nasuhi mengaku tak terlalu kaget dengan tren penurunan elektabilitas Ahok tersebut.
Selain karena Ahok yang dinilainya tak mampu meyakinkan publik terkait isu negatif, Nasuhi menilai kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras memengaruhi elektabilitas Ahok.
sumber : kompas.com
Menurut Direktur Eksekutif pada Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Strategis LSPI Ahmad Nasuhi, Ahok dan timnya sejauh ini tidak mampu meyakinkan publik terkait sejumlah isu yang merugikan nama baik Ahok.
“Soal reklamasi, isu barter kebijakan itu luar biasa. Belum lagi PTUN yang mengabulkan gugatan nelayan,” ujar Nasuhi berdasarkan siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (4/6/2016).
Kendati menurun, elektabilitas Ahok berdasarkan hasil survei tersebut masih berada paling atas dibandingkan dengan bakal calon gubernur lainnya.
Saat responden ditanya mengenai siapa yang akan dipilih apabila Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, Ahok masih memimpin. Ia memperoleh 23 persen suara responden.
Menyusul kemudian, Yusril Ihza Mahendra dengan 19 persen suara responden, Tri Rismaharani 6,9 persen, dan Sandiaga Uno 6,3 persen. Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat hanya memeroleh 3,7 persen.
Dalam simulasi empat nama calon gubernur, elektabilitas Ahok masih memimpin dengan 36,4 persen, disusul Yusril 29,8 persen, Rismaharani 9,5 persen, Sandiaga Uno 2,5 persen.
Sementara itu, sisanya, 21,8 persen, mengaku belum memutuskan untuk memilih. Nasuhi juga menilai, hasil survei ini patut dicermati oleh Ahok yang berniat mengikuti Pilkada DKI 2017 sebagai calon petahana.
Sebab, menurut dia, dengan angka elektabilitas yang beda sekitar enam persen dengan Yusril, tidak menutup kemungkinan Ahok akan disalip.
“Kalau benar begitu, Yusril sangat bisa kalahkan Ahok,” kata Nasuhi.
Survey LSPI dilakukan pada 22-27 Mei 2016 dengan metode multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 440 responden, dengan margin of error sebesar 4,8 persen pada tingat kepercayaan 95 persen.
Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung. Nasuhi mengaku tak terlalu kaget dengan tren penurunan elektabilitas Ahok tersebut.
Selain karena Ahok yang dinilainya tak mampu meyakinkan publik terkait isu negatif, Nasuhi menilai kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras memengaruhi elektabilitas Ahok.
sumber : kompas.com